2 Terdapat sebuah hadits menjelaskan bahwa seseorang bisa beriman pada pagi, namun sorenya menjadi kafir, sebaliknya sore hari beriman, menjadi kafir pada pagi hari. Waktu yang berubah sangat cepat dalam jangka waktu tidak sampai sehari. Bisa jadi paginya ia masih beriman adanya Rabb pencipta Alam, sorenya ia sudah kafir/mengingkari mengenai JAKARTA -Melewati masa-masa sulit seperti yang kita alami sebagai umat Islam saat ini, cukup melegakan membaca janji Allah dalam Al quran. Namun sebuah pemikiran yang muncul di benak setiap orang adalah, Mengapa kita harus melalui kesulitan di tempat pertama? Mengapa Allah tidak menjadikan hidup kita penuh kemudahan?Melansir laman Ada tujuh alasan yang terdapat dalam Alquran seseorang diuji, di antaranya, Pertama, untuk melihat iman seseorang surat Muhammad ayat 4فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّىٰ إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّىٰ تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ۚ ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ ۗ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir di medan perang, maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan, sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal telah menjadi sunnatullah hidup adalah ujian. Dalam surat Al Mulk 2الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُyang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,Ketiga, Untuk mengetahuu orang yang dusta atau tidakأَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَApakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Tak beriman seseorang itu sehingga ia kasih akan saudaranya sebagaimana ia kasih akan dirinya sendiri". "Tidak bergelar seseorang itu sebelum dia diuji." Allah ujii, tanda DIA sayang. Allah uji, tanda DIA rindu. tetapi dia bersabar, dia akan menemui Allah dalam keadaan tidak berdosa" (HT At-Tarmizi) memories never Ends. Monday Jenis-Jenis Ujian Keimanan bagi Umat Islam Kesenangan, Kesusahan, Perintah, Larangan, Musibah sesuai Kadar Keimanan. UMAT Islam di seluruh dunia akan terus mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT. Ujian iman bagi kaum Muslim ini bahkan muncul sejak agama Islam diturunkan ke SWT akan menguji kesungguhan keimanan kaum Muslim dengan banyak ujian sehingga diketahui siapa yang benar-benar beriman atau pura-pura beriman alias berbohong; siapa yang sabar, siapa yang kufur, siapa yang munafik, dan siapa yang siap berjihad atau yang lari dari medan jihad kerena lemah iman."Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pendusta.” QS Al-Ankabut [29] 2-3."Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga sedang belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” QS. Al-Baqoroh [2] 214."Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” Ali Imron [3] 142“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk Munafik dari yang baik Mukmin…” QS Al-Baqoroh [2] 179.Ujian Keimanan Kesenangan dan KesusahanSecara umum, Allah SWT menguji keimanan kaum Muslim itu dengan dua jenis ujian, sebagaimana dinamika dan ketentuan yang berlaku dalam kehidupan di dunia1. Kesenangan atau kenikmatan2. Kesusahan atau kesengsaraan," Sungguh akan kami uji iman kalian dengan kesusahan dan dengan kesenangan. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan…” QS Al-Anbiya’ [21] 35“Dan sungguh akan Kami uji iman kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” QS Al-Baqoroh [2] 155.Muslim atau mukmin yang benar-benar beriman, akan menghadapi ujian kesenangan dengan bersyukur, yaitu1. Menyadari nikmat itu dari Allah SWT2. Secara lisan memuji-Nya -mengucapkan hamdalah, Mempergunakan nikmat itu untuk ibadah dan kebaikan semata. Nikmat harta, misalnya, dengan cara mengeluarkan zakat, infak, sedekah, dan mendukung dakwah berupa kenikmatan atau kesenangan ini merupakan ujian terberat karena bisa membuat orang lupa diri, lupa Allah, dan sombong atau takabur, sebagaimana ucapan Nabi Sulaiman"Karunia ini merupakan pemberian Rabbku untuk menguji imanku, apakah aku bersyukur atau aku kufur. Siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, sedang siapa kufur, sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” QS An-Naml [27] 40.Ujian kesusahan dihadapi dengan sabar, yakni menyadari kesengsaraan itu datang dari Allah SWT sebagai adzab, balasan kemaksiatan, atau untuk meningkatkan keimanan dan membersihkan dosa-dosa. Kesusahan dihadapi juga dengan tobat dan mohon ampunan kepada-Nya istighfar."Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun musibah itu hanya berupa duri yang menusuknya” HR. Bukhari."Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya” QS Baqoroh [2] 155-156.Ujian Keimanan Perintah & LaranganUjian keimanan secara umum adalah perintah dan larangan Allah SWT. Dalam Islam ada hal yang wajib dilakukan, seperti dalam Rukun Iman dan Rukun Islam, dan ada hal yang tidak boleh dilakukan, seperti perbuatan keji dan menyekutukan Allah SWT"Katakanlah “Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.” QS Al-A’raf [7] 33.Ujian Keimanan Sesuai dengan Kadar ImanAllah SWT akan menguji seorang mukmin sesuai dengann kadar keimanannya“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ ujian iman?”. Jawab Nabi “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan lemah dalam din agama-nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus” HR Bukhari.Demikianlah jenis-jenis ujian keimanan bagi Umat Islam. Semoga kita dan senantiasa mampu menghadapinya dan lulus dari ujian-Nya. Amin...!Wallahu a'lam bish-shawabi. KENAPAAKU DIUJI? "Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."-Surah Al-Ankabut ayat 2-3
Cobaan atau ujian yang menghampiri orang yang beriman sangat banyak bentuk dan wujudnya. Tidak hanya berupa penderitaan yang menyengsarakan, namun dapat pula berupa kesenangan dengan berlimpah harta, jabatan dan lainnya. Lantas, mengapa orang mukmin mendapatkan cobaan? Hal ini akan Guru Abata sampaikan beberapa alasan Allah menguji orang beriman dengan judul, mengapa orang yang beriman diuji oleh Allah? Allah Berkehendak agar Manusia Membuktikan Keimanannya Jika sebuah cincin ingin diketahui apakah cincin tersebut terbuat dari emas atau tembaga, maka cincin tersebut harus diuji. Sebagaimana pula para penambang emas, ketika mereka menemukan suatu kepingan dengan warna mirip emas, untuk memastikan apakah benar-benar emas ataukah bukan emas, maka kepingan berwarna emas tersebut harus diuji. Demikian juga umat Islam yang telah mengikrarkan diri sebagai umat beriman kepada Allah, beriman terhadap adanya para malaikat, beriman kepada Rasulullah SAW, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada hari kiamat, dan beriman kepada adanya takdir baik dan takdir buruk. Maka setiap orang beriman akan diuji tentang kesungguhan dan keseriusan keimanan mereka. Setelah mereka diuji, inilah yang ditegaskan Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-Ankabuut ayat 2-3 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Allah Mencintai Hamba-Nya Sekadar perumpamaan, saat kita menemani anak kecil, entah anak kita, adik, keponakan atau siapa pun anak kecil yang kita temani dan kita mencintainya karena kelucuannya, besar kemungkinan dalam diri kita terpancing untuk menggodanya, entah digelitik, dicubit atau ditakut-takuti. Tapi tentu kita tahu bahwa kita menggodanya karena kita mencintainya. Inilah yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya yang berarti; Dari Anas ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Apabila Allah SWT menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang baik, maka Dia menyegerakan penderitaan di dunia, dan apabila Allah SWT menghendaki hamba-Nya menjadi orang jahat, maka Dia menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah SWT akan menuntutnya pada hari kiamat.’ Lalu, beliau bersabda, Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah SWT mencintai suatu bangsa, maka Allah akan menguji mereka. Sehingga, siapa saja yang ridla terhadap ujian Allah, maka Allah akan meridlainya dan siapa saja yang murka terhadap ujian Allah, maka Allah akan memurkainya.’” HR. Tirmidzi Allah Berkenan Menghapus Dosa Hamba-Nya Manusia mana yang tidak berdosa? Hanya para Nabi yang ma’sum terpelihara dari dosa dan mendapat jaminan pengampunan dosa. Meski demikian, Rasulullah SAW tetap menjadi teladan, beliau membaca istighfar kepada Allah dalam sehari semalam sebanyak tujuh puluh kali, bahkan dalam riwayat yang lain sebanyak seratus kali. Sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut; Diceritakan dari Aghar bin Yasar al-Mazinny ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah setiap hari seratus kali.’” HR. Muslim Islam mengajarkan taubat baik bagi manusia yang merasa pernah berbuat dosa maupun merasa tidak berbuat dosa. Bertaubat berarti kembali pada jalan yang benar dengan memohon pengampunan dosa dari Allah Swt. Allah Hendak Memasukkan Hamba yang Diuji ke Dalam Surga Terhadap setiap ujian, kesabaran merupakan sikap keniscayaan yang harus dipilih dan digunakan. Sebab kalau ia tidak sabar, ia pasti gagal. Kalau sudah gagal, maka kerugianlah yang akan ia peroleh. Namun jika sabar, tentu keberuntungan yang banyak didambakan orang akan dapat ia raih. Hal inilah yang tersurat dalam sebuah hadits qudsi yang artinya; Dari Anas ra., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Apabila Aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan kebutaan pada kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga.”’” HR. Bukhari Surga memang hadiah dan fasiitas idaman setiap muslim dan muslimah, bahkan non muslim pun sama-sama mendambakan kelak jika mereka meninggal tetap masuk surga, meski mereka kurang memedulikan cara dan proses untuk memperoleh dan meraihnya. Sebuah anugerah dan balasan terindah, surga benar-benar tak dapat dibayangkan, tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan terlintas dalam benak siapa pun. Ia benar-benar dirahasiakan, dan hanya dapat ditangkap oleh hati dan sikap keimanan. Itulah sebabnya di antara karakteristik orang bertakwa adalah beriman terhadap yang ghaib dan abstrak. Tidak semua benda dapat ditangkap oleh panca indera, makhluk-makhluk Allah seperti angin, rasa sakit, rasa senang, malaikat, setan, termasuk keberadaan surga dan neraka adalah makhluk yang abstrak yang hanya ditangkap oleh hati dan keimanan. Semoga artikel tentang mengapa orang yang beriman diuji oleh Allah? ini dapat mengokohkan hati kita sebagai hamba Allah yang benar-benar siap dan kuat dikala mendapatkan ujian dan cobaan. Aamiin. Terimakasih.
Namunsebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan. Demikian pembahasan mengenai arti istidraj beserta cirinya dan tanda-tanda bahwa kamu sedang diuji dengan istidraj. Semoga informasi ini dapat bermanfaat, dan kita semua dijauhkan dari istidraj
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan yang tetap teguh istiqamah pada keimanannya, meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadangnya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun’ membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Fushshilat 30Sedangkan mereka yang berputus asa atas ujian yang menimpanya, Allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat Allah.“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Yusuf 87.Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ada seorang lelaki yang berkata “Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?” Rasulullah saw. menjawab, Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah’.” HR. Al-BazzarDengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada Allah beragam ujian dan cobaan tersebut, dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya, yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab….* Ruang Inspirasi, Selasa, 7 September
Dalamayat lain, Allah SWT menerangkan secara jelas bahawa hubungan manusia dengan kehidupan adalah hubungan ujian dan dugaan. Firman Allah SWT bermaksud: " Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amal perbuatannya. " (QS Al-Kahfi:7-8). - Setiap mukmin akan menghadapi ujian yang hadir dalam berbagai wujud. Kendati demikian, Allah telah menjanjikan bahwa ujian yang diberikan telah disesuaikan dengan batas kemampuan seorang hamba. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” QS. Al-Baqarah 286.Ditegaskan pula dalam QS. Al-Ankabut 2—3 bahwa pernyataan kami telah beriman’ tidaklah cukup. Keimanan seorang mukmin dibuktikan dengan ujian. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” QS. Al-Ankabut 2-3. Iman Sebagai Bekal Menghadapi Ujian Iman adalah pilar penting dalam beragama sehingga harus dimiliki seorang mukmin. Mengutip dari E-Modul Al-Quran Hadis, iman dalam kehidupan manusia diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Kehidupan manusia akan menggelap karena tidak punya arah tujuan jika tanpa iman. Umat Islam dibekali iman untuk menghadapi ujian. Disebutkan melalui laman DPPAI UII, iman merupakan pondasi hidup umat Islam. Iman yang sejati akan menjadi sumber kekuatan seorang muslim ketika diuji oleh Allah melalui berbagai macam ujian. Lima Ujian yang Dihadapi Seorang Mukmin Dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan lima ujian yang dihadapi seorang mukmin “Dari Anas bin Malik RA, yang berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian, yaitu mukmin yang menghasutnya; munafik yang membencinya; kafir yang memeranginya; nafsu yang menentangnya; dan setan yang selalu menyesatkannya”. HR. adDhailamiMengutip dari E-Modul PAI, berdasarkan pandangan Abu Bakr bin Laal yang dilandaskan pada hadis tersebut, berikut merupakan uraian lima ujian keimanan kaum mukmin 1. Mukmin yang Saling MendengkiSifat ini muncul dari kesombongan sehingga orang yang dengki tidak bisa menerima bila ada yang lebih hebat darinya. Keduanya termasuk penyakit hati yang muncul ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat. Perasaan iri dan dengki akan merusak persaudaraan antar-mukmin. Contoh saling mendengki adalah persaingan politik dan persaingan bisnis yang tidak sehat sehingga akan memunculkan keinginan untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai cara. 2. Kaum Munafik yang Membenci Kaum MukminKaum munafik merupakan kelompok orang yang di permukaannya mengaku Islam, tetapi hatinya mengingkari. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang orang munafik. Bahkan ada sebuah surat dalam Al-Qur’an yang bernama QS. Al-Munafiqun. Dalam ayat pertama QS. Al-Munafiqun, telah ditegaskan bahwa persaksian orang munafik adalah dusta “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Muhammad, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta,” QS. Al-Munafiqun mengapa, umat mukmin harus waspada terhadap kaum munafik karena mereka akan memecah belah umat. Mengutip dari E-Modul PAI, orang munafik lebih berbahaya dari orang kafir. Contoh kaum munafik yang membenci umat Islam dibuktikan dengan berkembangnya permusuhan dan perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh adu domba yang diciptakan orang munafik yang di luarnya mengaku Islam, tetapi hatinya ingkar. 3. Orang Kafir yang Memerangi Kaum MukminMelansir dari E-Modul PAI Kelas X 48, orang kafir adalah golongan penentang perkara haq dan mendukung bathil. Mereka senantiasa tolong-menolong guna memerangi kamu mukmin. Saat ini peperangan kaum kafir kepada mukmin berupa perang pemikiran ghzwul fikr. Contohnya adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini membuka kesempatan terhadap berbagai suguhan hiburan dan gaya hidup yang menyerang pemikiran umat Islam. Jika tidak disikapi dengan bijak, maka hal ini akan berdampak buruk terhadap kualitas iman kaum mukmin. 4. Tipu Muslihat Setan yang Selalu MenyesatkanMenurut E-Modul PAI Kelas X, seorang mukmin yang telah dikuasai tipu daya setan tidak berdaya mengendalikan diri, menahan amarah, mengendalikan nafsu, sifat takabur, kikir dalam bersedekah dan sifat-sifat buruk setan lainnya. Adapun contoh tipu muslihat setan ditunjukkan melalui tingginya angka kriminalitas dan tindakan pelanggaran hukum, baik hukum agama maupun hukum positif di negeri ini. Berbagai tindak kejahatan merupakan bentuk kemenangan hasutan setan. 5. Godaan Hawa NafsuGodaan hawa nafsu sangat berbahaya bagi setiap mukmin. Jihad melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh yang nyata. Itulah sebabnya hawa nafsu dikatakan sebagai musuh terberat seorang mukmin. Godaan hawa nafsu terwujud dalam ketidakmampuan mukmin untuk istiqomah dalam kebaikan dan justru mengikuti hawa nafsu belaka. Dilansir dari E-Modul PAI Kelas X, niat mulia seorang mukmin yang telah berjanji istiqamah beribadah tidak akan pernah terwujud jika ia terus mengikuti hawa juga Rangkuman PAI Iman Kepada Kitab Allah Rukun Iman Ketiga & Dalilnya Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini Makna Beriman Kepada Allah & Rasul - Pendidikan Kontributor Nurul AzizahPenulis Nurul AzizahEditor Yulaika Ramadhani

Apakahmanusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabuut : 2). Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabuut : 3)

– Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan orang-orang beriman. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman اَمۡ حَسِبۡتُمۡ اَنۡ تَدۡخُلُوا الۡجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَاۡتِكُمۡ مَّثَلُ الَّذِيۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِكُمۡؕ مَسَّتۡهُمُ الۡبَاۡسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُوۡا حَتّٰى يَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗ مَتٰى نَصۡرُ اللّٰهِؕ اَلَاۤ اِنَّ نَصۡرَ اللّٰهِ قَرِيۡبٌ Artinya “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ Artinya “Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya’ Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.” HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim
UjianHidup Orang Beriman - Nouman Ali Khan Subtitle Bahasa Indonesia Ustadz Nouman menjelaskan tentang ayat yang mungkin sering kita baca, ayat yang sering muncul ketika kita ditimpa suatu cobaan dari Allah. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (Surat Al Ankabut ayat ke-2) Surat ini diturunkan di
Firman Allah [2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. [3] Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Terjemahan dalam Bahasa Inggeris [2] Do men think that they will be left alone on saying, We believe, and not be tried? [3] And certainly We tried those before them, so Allah will certainly know those who are true and He will certainly know the liars. [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Menekuni bidang kejuruteraan mekanikal & aeroangkasa, berhajat menjadi seorang ahli akademik, namun dengan ketetapan takdir akhirnya memberi fokus kepada pelbagai permasalahan umat Islam yang rumit. Mempelbagaikan bahan bacaan-merangkumi ekonomi, sejarah, pemikiran dan sains sistem, psikologi, usul fiqh, tidak dilupakan al-Quran dan hadis-untuk mencari penyelesaian menyeluruh. Pernah aktif bermain bola keranjang walaupun ketinggian kurang meter. View all posts by Post navigation Jikaseseorang tidak mau diuji caranya mudah. Tinggalkan saja pengakuan diri sebagai seorang beriman. Selesai, dia tidak bakal diuji lagi oleh Allah. Sehingga syetan-pun tertawa, dan itu berarti pekerjaan syetan sudah selesai terhadap orang itu karena ia lebih memilih kekafiran sebagai jalan hidup daripada keimanan. Namun bagi seorang yang Gaya Hidup BuddyKu Rabu, 22 Juni 2022 - 2317 Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan orang-orang beriman. " Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? " QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman Artinya " Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat ." QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan "Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda Artinya " Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi ." HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim AL-QUR'AN menjawab : apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : " kami telah beriman ", sedang mereka tidak diuji lagi ? ( Al-Ankabuut : 2 )-Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta . Manusia seperti permata sebagaimana orang bijak katakan sebagai berikut Permata tak bisa di poles tanpa gesekan, manusia tak bisa sempurna tanpa ujian Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu. Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw. Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalaninya bersama para nabi-nabi adalah yang terberat. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” HR Bukhari. Namun demikian Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong. Firman Allah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”Albaqarah 286 Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai? Firman Allah “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Alankabut 2 Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang. Firman Allah Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Albaqarah 214. Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu. Sesuai Firman Allah Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran 120 OxrYWQ.
  • 362o4cg5qv.pages.dev/132
  • 362o4cg5qv.pages.dev/914
  • 362o4cg5qv.pages.dev/350
  • 362o4cg5qv.pages.dev/538
  • 362o4cg5qv.pages.dev/16
  • 362o4cg5qv.pages.dev/447
  • 362o4cg5qv.pages.dev/943
  • 362o4cg5qv.pages.dev/293
  • 362o4cg5qv.pages.dev/299
  • 362o4cg5qv.pages.dev/355
  • 362o4cg5qv.pages.dev/144
  • 362o4cg5qv.pages.dev/416
  • 362o4cg5qv.pages.dev/268
  • 362o4cg5qv.pages.dev/222
  • 362o4cg5qv.pages.dev/807
  • tidak beriman seseorang sebelum diuji